🃏 Kisah Nyata Kematian Su Ul Khotimah

Muslim. Serba serbi muslim. 5 Penyebab Meninggal Su'ul Khatimah, Jangan Sampai Menimpa Kita! Senin 29 Juli 2019 08:16 WIB. Jangan sampai meninggal su'ul khatimah (Foto: NPR) Setiap orang Muslim harus teguh berislam hingga akhir hayat. Seruan tersebut dimulai dengan perintah agar mereka bertakwa semaksimal mungkin. Menyajikan hasil analisis tentang dalil aqli, naqli kreatif, serta mampu dan fakta sosial kematian, ciri-ciri husnul UJI PUBLIKmenggunakan metoda sesuai khatimah dan su'ul khotimah, serta alam barzah . kaidah keilmuan 4.9. Artinya: "Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS Jumu'ah : 8). Jika sudah saatnya, kematian pasti akan terjadi. Kisah Nyata; Sejarah; Home â€ș BERITA. Pesan Mbah Maimoen: Ancaman Mati Su'ul Khotimah Jika Sampai Tidak Memuliakan Keturunan Rasulullah. Posted By Abdul Kholiq Pengasuh Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang KH Maimoen Zubair dikenal publik sebagai sosok kyai kharismatik yang ilmunya sangat mendalam. Bukhari dan Muslim). Baca juga: 15 Peristiwa Besar yang Terjadi di Hari Asyura 10 Muharram. Hadist tersebut sudah menjelaskan, bahwa dengan kita bersedekah dapat membawa keberkahan. Jika niat kita tulus lillahi ta'ala Insya Allah sedekah sekecil apapun akan diganti oleh Allah lebih dari itu. Sesuai dengan Alqur'an Surat Al-Baqarah:261, Allah BANGKAPOS.COM - Suul khotimah adalah kebalikan dari husnul khotimah. Secara harfiah, suul khotimah artinya akhir hidup yang jelek. Maksudnya, seseorang yang meninggal dunia dalam keadaan tidak baik keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. " Orang yang mati syahid ada lima, yakni orang yang mati karena tho'un (wabah), orang yang mati karena menderita sakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan dan orang yang mati syahid di jalan Allah ." (HR. Bukhari, no. 2829 dan Muslim, no. 1914) Kematian, salah satu rahasia ilmu ghaib yang hanya diketahui oleh Allah ta'ala. Allah telah menetapkan setiap jiwa pasti akan merasakannya. tidak pernah terdengar cerita bahwa mereka su'ul khotimah. Su'ul khotimah hanya terjadi pada orang yang rusak batinnya, rusak keyakinannya, serta rusak amalan lahiriahnya; yakni terhadap orang AllahTa'ala berfirman dalam QS. Al-Hasyr: 16-17,ﻛَﻀَïșœÙŽï»žÙ ïșï»ŸïșžÙŽÙ‘ﻎْﻄَïșŽï»„ِ ïș‡Ùïș«Ù’ ﻗَïșŽï»ÙŽ ﻟِﻠْïșˆÙï»§Ù’ïșČَïșï»„ِ ïșï»›Ù’ﻔُïșźÙ’ . Ilustrasi su'ul khotimah. Foto PixabayMeninggal dalam keadaan husnul khotimah adalah impian setiap Muslim. Sebaliknya, meninggal dalam keadaan su’ul khotimah menjadi hal yang paling ditakuti. Apa itu su’ul khotimah?Su’ul khotimah adalah kematian yang buruk bagi seorang Muslim. Majdi Fathi Sayyid dalam buku Su'ul Khatimah, Akhir Kehidupan yang Buruk menerangkan lebih lanjut tentang pengertian Su’ul Khotimah. Menurutnya, su’ul khotimah mempunyai dua kekufuran dan keraguan tentang Islam dan keimanan kepada Allah yang meliputi hati seorang hamba pada saat sakaratul maut sehingga ia meninggal dalam keadaan ragu terhadap kebenaran keadaan hati seorang hamba yang masih disibukkan dengan permasalahan dunia yang akan ditinggalkannya. Misalnya, saat sakaratul maut masih memikirkan harta benda yang dimiliki di dunia. Dapat dikatakan, orang seperti itu meninggal dunia dalam keadaan ingkar kepada demikian, orang yang meninggal dunia dalam keadaan berbuat maksiat kepada Allah, seperti ber-ghibah, berzina, atau mengadu domba, disebut meninggal dunia dalam keadaan su’ul SAW bersabda, “Dan sungguh ada seseorang yang mengamalkan amalan-amalan penghuni surga, sehingga tak ada jarak antara dia dan neraka selain sehasta atau dua hasta, lantas takdir mendahuluinya sehingga dia melakukan amalan-amalan penghuni neraka sehingga dia memasukinya.” HR BukhariLalu, apa yang menyebabkan seseorang bisa meninggal dalam keadaan su’ul khotimah dan bagaimana tanda-tandanya? Simak ulasan berikut ini untuk mengetahui penjelasan Su’ul KhotimahIlustrasi su'ul khotimah. Foto PexelsAda banyak faktor penyebab su’ul khotimah. Syaikh Mahmud Al-Mishri lewat buku Su’ul Khatimah Kisah-kisah Tragis Akhir Kehidupan merangkum beberapa di Ragu, kufur, dan mengerjakan bid’ahApabila seseorang meyakini sifat dan aktivitas Allah dengan pengertian-pengertian yang menyimpang dari kebenaran, maka besar kemungkinan ia tidak bisa terhindar dari su’ul umat yang mengalami nasib seperti ini ketika mereka menciptakan bid’ah-bid’ah dalam agama Allah, menyimpang, menyeleweng dari kebenaran, dan terjebak di dalamnya. Jika tidak segera bertobat, dia akan meninggal dalam su’ul khotimah dan membuat segala amal ibadahnya berfirman, “Dan orang-orang yang kafir, amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya ketetapan Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.” QS An-Nur 39.2. Taswif At-Taubah menunda-nunda bertaubatDi antara faktor-faktor penting penyebab su’ul khotimah, menunda-nunda bertaubat adalah salah satu yang paling utama. Seseorang acapkali tenggelam dalam kenikmatan duniawi, menunda-nunda bertaubat meski masih diberi kesempatan oleh Allah akhirnya, tanpa sadar malaikat maut sudah menanti untuk menjemput ajalnya. Setelah itu, yang bisa dilakukan hanyalah menyesali seluruh hidup yang dihabiskan untuk berbuat durhaka kepada Allah. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah“’Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia, agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan.” QS. Al-Mukminun 99-1003. Tidak konsisten dalam ketaatan kepada AllahOrang yang konsisten taat kepada Allah adalah orang-orang yang diteguhkan keimanannya di dunia dan akhirat. Merekalah yang akan menjadi penghuni surga. Sebaliknya, orang-orang yang selama hidupnya dipermainkan syahwat, mereka yang dipastikan su’ul khotimah. Allah berfirman“Allah meneguhkan iman orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” QS. Ibrahim 27Tanda-tanda Su’ul KhotimahIlustrasi su'ul khotimah. Foto PexelsMarah dan mencela qadha Allah, merasa terlepas dari rencana-Nya, bersikap munafik dan riya, lalai mengingat Allah, itu semua adalah sedikit tanda-tanda su’ul khotimah. Selain itu, ada pula tanda-tanda sebelum dikubur, ketika dikubur, dan sesudah dikubur, yang dikutip dari buku Tamasya ke Negeri Akhirat tulisan Mahmud Al-Mishri Abu Tanda-tanda sebelum meninggalKetika menjelang detik-detik kematiannya, sebagian orang yang su’ul khotimah mengucapkan kalimat-kalimat yang menyalahkan Allah, yakni menentang ketentuan-Nya atas takdir kematian. Mereka sibuk menyalahkan Allah sampai-sampai tidak bisa mengucapkan kalimat Tanda-tanda ketika dimandikanOrang yang meninggal dalam kebaikan akan terlihat seperti tidur dengan tenang. Namun, orang yang meninggal dalam keadaan sebaliknya akan tampak gelisah dan takut mati. Itu semua terlihat dari perubahan raut itu, ada pula yang mengatakan, orang yang su’ul khotimah ketika dimandikan warna kulitnya akan berubah menjadi hitam seperti arang, mulai dari kepala, bagian tengah tubuh, hingga Tanda-tanda ketika dikuburkanTanda-tanda su’ul khotimah selanjutnya adalah jenazahnya sulit dikubur. Entah itu karena berat, tidak bisa menghadap kiblat, diganggu binatang, dan halangan-halangan lainnya. Satu hal yang pasti, orang yang su’ul khotimah tidak akan meninggal dengan tenang layaknya orang husnul yang dimaksud dengan su’ul khotimah?Apa penyebab su’ul khotimah?Apa tanda-tanda su’ul khotimah? loading... Kematian. Bila saja dapat diprediksi kapan ia datang, tahun berapa, dan hari apa, mungkin seseorang masih bisa mempersiapkan segala amal kebajikan untuk menghadapi apa pun setelah maut menjemput. Namun sayang, maut seringnya datang dengan tiba-tiba sehingga mau tidak mau, kita pun akan terkejut karena merasa belum siap untuk menghadap Allah. Baca Juga Mengingatkan tentang kematian Abu Nawas , pujangga Arab yang bernama asli Abu Ali Al Hasan bin Hani Al Hakami, dalam I'tirof sebagaimana dikutip Ahmad Abu Nizar dalam bukunya berjudul "Celupkan Hatimu ke Samudera Rindu-Nya The Wisdom of Abu Nawas" 2011 merekam dengan sangat menyentuh dalam syairnya Takutlah kepada Allah, wahai nafsu Usahakan kebajikan sungguh sungguh Siapa pun hanya mengumpulkan harta la tiada lepas dari duka dan nestapa Kala tubuh tak memiliki pembela Kan menebus dengan harta dan anaknya Baca Juga Rasulullah SAW bersabda bahwa amal yang menjadi tumpuan perhitungan nanti di akhirat adalah ketika seseorang dijemput maut, amal di akhir hayat. Inilah yang betul-betul harus kita perhitungkan adakah kita termasuk seseorang yang husnul khatimah atau suul keterangan Nabi tersebut Imam Al-Ghazali menyimpulkan bahwa setiap orang akan dibangkitkan dalam kondisi persis seperti ketika ia mati mengenai bahagia ataupun celakanya. Dan kondisi kematian seseorang adalah persis sebagaimana ketika ia masih hidup. Di akhirat nanti, ia akan dibangkitkan sesuai dengan isi hatinya ketika ia hidup di dunia, bukan dari sosok tubuhnya. Dari sifat-sifat hati inilah mereka akan divisualisasikan dalam berbagai gambar konkret. Jika seseorang ketika hidupnya banyak memakai sifat anjing, maka nanti di akhirat akan dibangkitkan berupa anjing pula. Jadi, kondisi di akhirat nanti akan berbalik penuh. Anggota zahir yang tampak di dunia ini akan menjadi batin, dan apa yang batin serta bersemayam di hati ini ketika hidup di dunia akan tampak sejelas-jelasnya. Namun yang paling menentukan adalah apa yang dinamakan khatimah, yakni sebuah akhir kehidupan ketika seseorang mendapat predikat bahagia husn atau celaka su. Sebagaimana Rasulullah telah mengatakan “Seluruh amal itu terserah penutup khatimah-nya.” Artinya, jika seseorang dalam mengarungi kehidupan dunia ini pada paruh awalnya selalu menjalankan kebajikan dan berbagai amal ibadah, tetapi ketika menjelang maut atau pada paruh akhirnya ternyata ia bergelimang dengan berbagai dosa dan kemaksiatan, maka catatan yang menjadi acuan sebagai orang bahagia atau celaka di akhirat nanti adalah amal ketika ia dijemput maut, yakni ketika ia menutup kehidupannya. Baca Juga Sebaliknya, jika seseorang dalam paruh awal kehidupannya ia selalu melakukan berbagai kejahatan, namun ketika mendekati ajal ia berbalik begitu rajin melaksanakan ibadah, maka yang menjadi acuan catatan bukunya di akhirat nanti adalah amal baik ketika maut menjemputnya. Ironisnya, maut seringkali datang mendadak, tidak peduli lagi apakah seseorang dalam kondisi penuh kebajikan ataupun kedurhakaan. Dalam kondisi akhir ini, seseorang tidak bisa memprediksi adakah ia mendapatkan predikat husnul khatimah ataupun suul khatimah. Mengantisipasi datangnya maut secara tiba-tiba, agar seseorang mendapatkan predikat husnul khatimah, jalan satu-satunya adalah selalu menapak jalan yang diridhoi Allah. Mempertebal keyakinan dan ketakwaan sebagai bekal berangkat menuju alam baka dalam setiap situasi dan kondisi. Jika sewaktu-waktu dijemput maut, maka engkau akan berada dalam kondisi selalu siaga dan tidak lagi terkejut, mengeluh, atau menyesal mengenai berbagai amal kebajikan yang belum sempat engkau laksanakan. Abu Laits as-Samarkandy mengatakan bahwa seseorang yang masih mempunyai rasa takut kepada Allah, memiliki ciri-ciri yang tidak kurang dari tujuh tanda itu akan tampak sekali pada lisannya. Ia tidak akan pernah menggunakannya untuk mengumpat, berdusta, atau ucapan lain yang tidak bermanfaat. Ia akan mempergunakannya untuk membaca Al-Qur'an, berzikir kepada Allah, atau untuk memperdalam berbagai disiplin ilmu yang bermanfaat. Kedua, selalu menjaga urusan perut. Dengan demikian, ia tidak akan sembarangan memasukkan makanan apa saja yang didapat. Ia akan berusaha mendapatkan makanan halal, dengan ukuran sekadar cukup. Ketiga, selalu menjaga pandangan agar tidak melihat kepada apa pun yang dilarang agama. Tidak pula untuk melihat ke arah duniawi dengan pandangan tertegun keheranan, melainkan ia memandang semua itu sebagai 'ibrah pelajaran. OLEH HASANUL RIZQA Kematian pasti akan terjadi pada setiap orang. Alquran mengajarkan, ada dua keadaan manusia ketika rohnya keluar dari jasadnya. Yang pertama dijelaskan dalam surah an-Nahl ayat 32. Artinya, “Yaitu orang yang ketika diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik, mereka para malaikat mengatakan kepada mereka, Salamun alaikum, masuklah ke dalam surga karena apa yang telah kamu kerjakan'.” Ayat tersebut melukiskan, orang-orang yang beriman dan bertakwa ketika malaikat maut datang untuk mencabut nyawanya, wafat dalam keadaan yang baik husnul khatimah. Sebaliknya, kondisi yang mengerikan terjadi pada orang-orang yang dimurkai Allah SWT. Dalam surah Muhammad ayat 27, terdapat penggambaran mengenai keadaan kaum munafik saat sakratulmaut. “Maka bagaimana nasib mereka apabila malaikat maut mencabut nyawa mereka, memukul wajah dan punggung mereka?” Adapun surah al-An’am ayat 93 melukiskan azab yang dirasakan pelaku kezaliman. “Alangkah ngerinya sekiranya engkau melihat pada waktu orang-orang zalim berada dalam kesakitan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, sambil berkata, Keluarkanlah nyawamu'.” Seorang Muslim tentunya menginginkan kematian yang mudah dan damai. Husnul khatimah, bukan su’ul khatimah. Sewaktu melihat atau mengetahui kabar kematian yang tragis, pikirannya langsung tertuju kepada Allah. Lisannya menggumamkan kalimat istighfar, permohonan ampun kepada-Nya. Berharap agar nasib tragis semisal itu tidak akan dialaminya. Sewaktu melihat atau mengetahui kabar kematian yang tragis, pikirannya langsung tertuju kepada Allah. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Cukuplah kematian sebagai pemberi nasihat.” Maka dari itu, siapapun hendaknya dapat memetik hikmah dari keadaan wafatnya orang lain. Buku Su’ul Khatimah Kisah-kisah Tragis Akhir Kehidupan ini dapat membantu pembaca dalam menggali makna di balik peristiwa maut. Karya Syekh Mahmud al-Mishri tersebut secara komprehensif membicarakan perkara kematian, khususnya yang dialami orang-orang zalim dan mereka yang membangkang perintah Allah Ta’ala. Hal itu tidak bertujuan utama untuk menakut-nakuti, melainkan ajakan untuk merenungi bahwa setiap akibat pasti memiliki penyebabnya. Lebih dari itu, penulis yang akrab disapa Abu Ammar tersebut dengan karangannya ini mengimbau Muslimin untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada-Nya, mumpung hayat masih dikandung badan. Isi keseluruhan kitab Su’ul Khatimah terdiri atas dua bagian, yakni penjelasan mengenai istilah su’ul khatimah dan cerita-cerita tentang sejumlah tokoh yang mengalami kematian buruk. Bab pertama membahas perihal sebuah hadis Rasulullah SAW, yakni “Barangsiapa senang menjumpai Allah, maka Allah senang untuk berjumpa dengannya. Barangsiapa enggan berjumpa dengan Allah, maka Allah pun enggan berjumpa dengannya.” Ibnu al-Atsir dalam kitab Nihayah menafsirkan hadis tersebut. Menurut sang alim, maksud “berjumpa dengan Allah” dalam sabda Nabi SAW itu bukanlah kematian. Sebab, semua orang tidak menyukainya. Mereka yang hati dan pikirannya tertuju kepada Allah, pasti akan melalui kematian. Begitu pula dengan mereka yang terlalu asyik dengan kesenangan fana duniawi. Terlebih lagi, sebagai sebuah kepastian maut adalah jalan yang tidak mungkin tidak dilalui setiap insan. Mereka yang hati dan pikirannya tertuju kepada Allah, pasti akan melalui kematian. Begitu pula dengan mereka yang terlalu asyik dengan kesenangan fana duniawi. Maka, yang dimaksud dengan berjumpa Allah’ dalam konteks ini adalah berjalan menuju alam akhirat dan memohon apa-apa kebaikan yang ada di sisi-Nya. Dapatlah dipahami bahwa hadis di atas mengisyaratkan perbedaan sikap antara orang yang bertakwa dan orang yang zalim dalam melihat kehidupan duniawi. Yang satu tidak larut dalam kesenangan sementara. Adapun yang lain seolah-olah mabuk sehingga melupakan perjumpaan dengan-Nya, yakni ketika Hari Pembalasan tiba. Pandangan ulama Syekh Mahmud al-Mishri mengatakan, para ulama salaf sangat takut akan datangnya akhir yang buruk atau su’ul khatimah. Sebab, mereka mencemaskan semua perbuatan yang telah dilakukannya di masa lalu. Apabila ada kesalahan atau dosa-dosa dilakukan, mungkin saja akibatnya akan mereka jumpai di masa depan atau sesaat menjelang kematian. Ibnu Rajab al-Hanbali berkata, “Amal-amal terakhir merupakan warisan amal-amal sebelumnya.” Para alim tersebut takut berpikiran bahwa ditundanya azab atau siksaan kepada mereka disebabkan oleh perbuatan-perbuatannya. Adanya pikiran itu berpotensi mendorong mereka untuk bersikap sombong serta merasa nyaman ketika melakukan dosa-dosa. Masalah lain terjadi ketika Allah mengetahui kesalahan dan dosa, sedangkan mereka sendiri tidak mengetahui bahwa semua noda itu pada dirinya. Akibatnya, kutukan Allah datang tanpa mereka sadari. Mereka pun sering kali berdoa agar tidak lalai dari muhasabah diri. Karena itu, orang-orang yang bersih hatinya akan selalu tersentuh akan hikmah kematian. Utsman bin Affan pernah berdiri di dekat sebuah makam dan menangis hingga janggutnya basah oleh air mata. Kuburan merupakan tempat pertama dari tempat-tempat akhirat. Apabila selamat darinya siksa kubur, maka tempat sesudahnya lebih mudah baginya. Seseorang kemudian bertanya kepadanya. Utsman pun menjelaskan, “Sungguh, aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, Kuburan merupakan tempat pertama dari tempat-tempat akhirat. Apabila selamat darinya siksa kubur, maka tempat sesudahnya lebih mudah baginya'.” Mereka yang sering merenungi keadaan sesudah mati akan banyak-banyak memohon ampunan kepada Allah. Rasa syukur lantaran masih diberi jatah usia tidak hanya diungkapkannya melalui lisan, tetapi juga perbuatan takwa. Para sahabat Nabi SAW, misalnya, sering kali tidak tidur semalaman karena bersujud kepada Allah. Mereka pun shalat di sepertiga malam. Menjelang pagi, mereka berzikir kepada-Nya. Semua itu dilakukan sebagai bukti rasa takut dan harap kepada Allah Ta’ala. Syekh al-Mishri mengajak pembaca untuk mengikuti jejak salafush shalih. Mereka adalah orang-orang yang kalbunya mudah tersentuh akan Kemahakuasaan Allah. Dengan banyak-banyak mengingat Allah, maka hati dan pikiran akan terlatih menjelang ajal tiba. Ibnu al-Qayyim berkata, “Sesungguhnya manusia dikhianati oleh hati dan lidahnya menjelang sakratulmaut.” Dalam arti, orang-orang di sekitarnya membimbing dirinya untuk membaca “Laa ilaaha illa Allah.” Namun, lisannya kesulitan untuk mengucapkan demikian. Isyarat akhir buruk Al-Mishri memaparkan beberapa tanda su’ul khatimah dalam bukunya ini. Menurut dia, sebagian orang yang mengalaminya berkata-kata kotor saat sedang sakratulmaut. Selain itu, dari lisannya keluar ucapan yang mendatangkan kemurkaan Allah. Misalnya, perkataan yang menentang takdir-Nya atau penolakan terhadap kalimat tauhid. Ibnu Rajab menukil sebuah kisah tentang seorang ulama yang membimbing seseorang yang sedang menjelang ajal. Beberapa kali dibisikkan kepadanya bacaan tahlil, tetapi yang keluar dari mulutnya justru ucapan kekafiran. Maka sang ulama bertanya kepada beberapa orang yang mengenal latar belakang si mendiang. Ternyata, lelaki yang sudah meninggal itu adalah seorang pecandu minuman keras. Tanda su’ul khatimah, lanjut al-Mushri, juga dapat dijumpai ketika memandikan mayat. Syekh al-Qahthani pernah menuturkan, “beberapa orang yang telah meninggal mengalami perubahan warna kulit menjadi hitam ketika aku melayat jenazahnya.” Ada pula jenazah yang sesaat sesudah dimandikan berubah warna kulitnya menjadi gelap, padahal si mendiang semasa hidupnya berkulit terang. Al-Qahthani bertanya mengenai keadaan si mayit. Ayah almarhum menyatakan bahwa putranya semasa hidup tidak pernah shalat. Sementara itu, jenazah lain yang pernah dimakamkannya menyeruakkan bau gosong dari beberapa bagian tubuh, semisal kemaluan. Isyarat su’ul khatimah dapat pula ditampakkan Allah SWT ketika mayat hendak dimakamkan. Isyarat su’ul khatimah dapat pula ditampakkan Allah SWT ketika mayat hendak dimakamkan. Masih dalam kisah al-Qahthani, pernah ada jenazah yang sangat sulit untuk dikebumikan. Kepalanya tidak hanya sukar dihadapkan ke arah kiblat. Malahan, dari lubang hidungnya keluar darah. Kelopak matanya juga susah ditutup agar terpejam. Manusia yang dalam dadanya masih ada rasa takut kepada Allah tentu berharap kejadian mengenaskan itu tidak akan menimpa dirinya. Al-Mishri menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan su’ul khatimah. Pertama, seseorang semasa hidupnya menyimpang dari akidah yang benar. Lebih buruk lagi apabila ia mengajarkan kepada orang-orang kesesatan yang diyakininya. Kedua, pengalam su’ul khatimah gemar menunda-nunda tobat saat hayat masih dikandung badan. Orang itu senantiasa tenggelam dalam memuja hawa nafsu. Karena itu, al-Mishri menasihati, segeralah menghadap kepada Allah. Jangan berputus asa dari rahmat-Nya. Sebab, kasih sayang Allah meliputi segala sesuatu. Menunda tobat hanya akan mendatangkan penyesalan. Ketika waktunya tiba, sesal itu sungguh tidak bermanfaat apa-apa. Buku Su’ul Khatimah tidak hanya menghadirkan petuah penuh hikmah. Ada pula puluhan kisah mengenai orang-orang yang mengalami akhir nahas, sebagaimana termaktub dalam bagian kedua kitab tersebut. Membaca karya ulama Mesir ini, semoga dapat meningkatkan rasa iman dan Islam dalam diri masing-masing. DATA BUKU Judul Su’ul Khatimah Kisah-kisah Tragis Akhir Kehidupan terjemahan atas Al-Khauf min Su’il Khatimah Penulis Syekh Mahmud al-Mishri Penerjemah Masturi Ilham dan Abdul Majid Penerbit Pustaka al-Kautsar Tebal 345 halaman

kisah nyata kematian su ul khotimah