🎮 Konsep Ruang Pada Hunian Arsitektur

ArsitekDenny Setiawan, mengatakan, pandemi Covid-19 mendorong beberapa pemikiran baru tentang bagaimana mendesain adaptasi hunian di perkotaan. "Salah satu contoh kontribusi yang dapat dilakukan arsitek pada bangunan hunian yang mondominasi ruang perkotaan dan rawan menjadi klaster penularan Covid-19," jelasnya dalam seminar 'Konsep Baru-Hunian di Kota' yang diselenggarakan oleh Jurusan Sepertipada pembahasan sebelumnya, level makro yang dimaksud disini adalah penataan ruang yang dikembangkan ke arah model - model perencanaan kota. Pada dasarnya, TOD harus memberikan alternatif bagi pertumbuhan pembangunan kota, suburban dan lingkungan ekologis yang dirumuskan dalam 7 prinsip urban design Transit Oriented Development. Hasilpenelitian menunjukkan tidak adanya unsur konsep neighborhood pada arsitektur Perumahan, menjadi pengaruh dalam menghambat perkembangan jaringan sosial penghuninya sehingga tidak menimbulkan hubungan timbal Balik dalam konsep komunitas. Ruang-ruang publik belum dapat berkontribusi secara maksimal dalam mewadahi praktik interaksi sosial. DOI 10.25124/IDEALOG.V5I2.3735 Corpus ID: 236874476; KAJIAN KONSEP ARSITEKTUR MODULAR PADA HUNIAN CITÉ A DOCKS STUDENT HOUSING DI LE HAVRE PRANCIS @inproceedings{Putri2020KAJIANKA, title={KAJIAN KONSEP ARSITEKTUR MODULAR PADA HUNIAN CIT{\'E} A DOCKS STUDENT HOUSING DI LE HAVRE PRANCIS}, author={Shely Pratiwi Sanjaya Putri and Ari Widyati Purwantiasning}, year={2020} } GayaPost Modern pada Hunian. Setelah membahas mengenai arsitektur post modern, sekarang saatnya kita menyimak penerapan konsep ini pada hunian untuk tampilan lebih unik dan cantik. Berkreasi dengan Bentuk. Foto: Archdaily. Anda bisa menggabungkan berbagai bentuk menjadi satu kesatuan bangunan yang utuh dan menarik. Temuandari penelitian ini mendapatkan bahwa banguna Cite a Docks telah menetapkan konsep arsitektur modular, baik secara kualitas setiap modul ruang ataupun pada struktur bangunan. Setiap ukuran Tag ringkasan konsep ruang pada hunian arsitektur. Peradaban Awal Masyarakat Indonesia. Oleh Aulia Bella Diposting pada 24 Juni 2022. Selamat datang di Pakosen.co.id, web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang Peradaban Awal Masyarakat Indonesia? Mungkin anda pernah mendengar kata Peradaban Awal Masyarakat /caption] Disadari atau tidak, sebenarnya konsep hunian vertikal ini juga berdampak positif pada iklim mikro di suatu kawasan perkotaan. Isu global warming saat ini diperparah dengan minimnya ruang terbuka hijau (RTH) di lingkungan perkotaan sehingga suhu kota menjadi sangat tinggi atau dikenal dengan istilah urban heat island.Akibat lain dengan tidak adanya RTH adalah tingginya tingkat tipologibaru dengan mengintegrasikan fungsi hunian dan tempat kerja dalam satu objek rancang. Adanya tren model Konsep Co-Living dalam Integrasi Spasial Hunian Vertikal dan Ruang Kerja Hikma Fitriani dan Sarah Cahyadini Departemen Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) e-mail: s.cahyadini@ Tabel 1. . Ilustrasi Konsep Ruang pada Hunian. Foto PixabayPernahkah terlintas di benak kalian jika pola hunian kita saat ini tidak luput dari pemikiran manusia di zaman dulu?Dalam buku Sejarah Indonesia Kelas X SMA/SMK oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sebuah data etnografi menunjukkan jika kehidupan manusia praaksara memengaruhi kehidupan saat pada pola hunian, pola pertanian yang subsisten, teknologi tradisional, konsepsi kepercayaan hubungan antara manusia dengan alam, serta kebiasaan dalam memelihara hewan contoh di atas menunjukkan aktivitas manusia yang berkembang dari waktu ke waktu. Salah satunya juga terdapat dalam konsep ruang hunian manusia dari zaman praaksara hingga saat apa yang dimaksud dengan konsep ruang pada hunian? Bagaimana penerapannya pada zaman praaksara? Simak ulasannya berikut Ruang pada HunianMenurut Spiro Kostof dalam buku The Architect Chapters in The History of the Profession, arsitektur telah ada pada saat manusia memiliki kemampuan dalam mengolah lingkungan tanda di alam ditujukan untuk membedakan wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. Tindakan pada suatu wilayah tersebut dikatakan sebagai awal mula arsitektur. Dalam kondisi itu, manusia purba sudah bisa merancang tempat tinggal mereka buku Sejarah Indonesia Kelas X SMA/SMK oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bentuk arsitektur pada masa praaksara ditandai dengan kemungkinan adanya pola hunian yang tersebut berkaitan erat dengan pola mata pencaharian manusia purba yang telah mengenal sistem berburu dan pertanian sederhana dengan ladang dinding-dinding gua sebagai tempat tinggal mereka, ditemukan cap tangan dan lukisan yang memiliki makna tertentu. Misalnya, menggambarkan kehidupan sehari-hari maupun kehidupan gambar yang menunjukkan kehidupan sehari-hari berupa jenis binatang yang diburu atau digunakan untuk membantu perburuan. Di zaman itu, anjing berfungsi sebagai binatang pemburu oleh manusia gambar yang bersifat kegiatan spiritual memiliki makna penghormatan dan pemujaan terhadap nenek moyang, kesuburan, serta proses inisiasi. Cap tangan atau lukisan pada dinding gua banyak ditemukan di wilayah Papua, Maluku, dan Sulawesi zaman praaksara, pola hunian menggunakan penadah angin yang menunjukkan pola permukiman menetap. Penggunaan penadah angin menjadi salah satu konsep tata ruangan sekaligus menjadi batas permukiman ini ditemui pada masyarakat Suku Punan di Kalimantan. Bentuk hunian tersebut menjadi bagian bentuk awal arsitektur di luar gua sebagai hunian masyarakat berburu dan meramu, konsep ruang dalam hunian belum berbentuk geometris. Hal ini karena mereka masih mengikuti bentuk geografis di sekitar tempat demikian, konsep ruang dan tata ruang pada hunian telah ditemukan pada zaman praaksara. Dalam perkembangannya, ini bisa diterapkan dalam bidang arsitektur. Konsep ini juga terus mengalami kemajuan sesuai kebutuhan manusia yang dinamis. Konsep Ruang pada Hunian Arsitektur – Menurut Kostof, arsitektur telah mulai ada pada saat manusia mampu mengolah lingkungan hidupnya. Pembuatan tanda-tanda di alam yang membentang tak terhingga itu untuk membedakan dengan wilayah lainnya. Tindakan untuk membuat tanda pada suatu tempat itu dapat dikatakan sebagai bentuk awal dari arsitektur. Pada saat itu manusia sudah mulai merancang sebuat tempat. Bentuk arsitektur pada masa pra-aksara dapat dilihat dari tempat hunian manusia pada saat itu. Mungkin kita sulit membayangkan atau menyimpulkan bentuk rumah dan bangunan yang berkembang pada masa pra-aksara saat itu. Dari pola mata pencaharian manusia yang sudah mengenal berburu dan melakukan pertanian sederhana dengan ladang berpindah memungkinkan adanya pola pemukiman yang telah menetap. Gambar-gambar dinding goa tidak hanya mencerminkan kehidupan sehari-hari, tetapi juga kehidupan spiritual. Cap-cap tangan dan lukisan di goa yang banyak ditemukan di Papua, Maluku, dan Sulawesi Selatan dikaitkan dengan ritual penghormatan atau pemujaan nenek moyang, kesuburan, dan inisiasi. Gambar dinding yang tertera pada goa-goa mengambarkan pada jenis binatang yang diburu atau binatang yang digunakan untuk membantu dalam perburuan. Anjing adalah binatang yang digunakan oleh manusia pra-aksara untuk berburu binatang. Bentuk pola hunian dengan menggunakan penadah angin, menghasilkan pola menetap pada manusia masa itu. Pola hunian itu sampai saat ini masih digunakan oleh Suku Bangsa Punan yang tersebar di Kalimantan. Bentuk hunian itu merupakan bagian bentuk awal arsitektur di luar tempat hunian di goa. Secara sederhana penadah angin merupakan suatu konsep tata ruangan yang memberikan secara implisit memberikan batas ruang. Pada kehidupan dengan masyarakat berburu yang masih sangat tergantung pada alam, mereka lebih mengikut ritme dan bentuk geografis alam. Dengan demikian konsep ruang mereka masih kurang bersifat geometris teratur. Pola garis lengkung tak teratur seperti aliran sungai, dan pola spiral seperti route yang ditempuh mungkin adalah citra pola ruang utama mereka. Ruang demikian belum m e n g u t a m a k a n arah utama. Secara sederhana dapatlah kita lihat bahwa, pada masa pra-aksara konsep tata ruang, atau yang saat ini kita kenal.[pi] Post navigation Foto Motomo Karya Persada Beberapa penelitian menunjukkan bahwa eksploitasi sumber daya alam dapat berujung pada kepunahan massal ke-6 di planet ini. Sebagai salah satu cara untuk mengatasinya, dibuatlah bangunan berkelanjutan dengan memakai konsep arsitektur hijau. Lalu, apa itu arsitektur hijau? Singkatnya, arsitektur hijau adalah sebuah konsep yang berusaha meminimalisasi perusakan terhadap lingkungan. Caranya adalah dengan membuat bangunan yang ramah lingkungan lewat pemanfaatan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien. Meskipun memiliki embel-embel berkelanjutan, konsep arsitektur ini tidak berarti meninggalkan semua kemajuan yang telah kita nikmati di abad ke-21. Konsep ini justru merangkul teknologi baru untuk membawa dampak yang lebih positif kepada alam sekitar. Prinsip Arsitektur Hijau dalam Bangunan Foto Unsplash Saat dunia bermigrasi menuju masa depan yang berkelanjutan, arsitek pun berlomba-lomba membuat bangunan yang ramah lingkungan. Untuk mewujudkannya, desain tersebut berpedoman pada beberapa prinsip arsitektur hijau di bawah ini Efisien dalam Menggunakan Energi Prinsip pertama adalah efisiensi energi, di mana contoh penerapannya adalah pemanfaatan sumber energi alternatif dan berkelanjutan seperti angin dan matahari. Bangunan hijau juga dibuat dengan desain yang menjaga aliran udara dan pencahayaan alami untuk mengurangi kebutuhan pemanas dan penyejuk udara. Bicara soal efisiensi energi, rumah di Springhill Yume Lagoon dan Podomoro Golf View juga menawarkan konsep serupa. Jika kamu sedang mencari hunian bergaya modern dan ramah lingkungan di dekat Jakarta, bisa cek dua perumahan tersebut. Mengurangi Pemakaian Air Bangunan yang berkelanjutan juga berusaha untuk menjaga ekologis demi melindungi kualitas air di sekitar bangunan. Prinsip ini memastikan bahwa air digunakan, dimurnikan, dan digunakan kembali selama masa konstruksi bangunan. Efisien dalam Penggunaan Lahan Efisiensi penggunaan lahan berkaitan dengan desain arsitektur yang mendorong pengembangan bangunan secara kompak dan lebih fungsional. Secara khusus, prinsip ini bertujuan untuk mencegah degradasi lahan selama konstruksi. Lebih luas lagi, prinsip ini juga membantu konservasi sumber daya alam, peningkatan kualitas air dan udara, serta melindungi ekosistem dan keanekaragaman hayati. Baca juga Syarat Rumah Hijau untuk Hidup Lebih Sehat Biaya Pembangunan dan Perawatan yang Lebih Rendah Biaya operasional dan konstruksi dari sebuah bangunan terbukti cukup tinggi dan menuntut material bangunan dalam jumlah besar. Untuk itu, desain bangunan hijau memfasilitasi penggunaan bahan dan teknik konstruksi yang dapat mengurangi biaya tersebut hingga lebih dari setengahnya. Prinsip ini juga memprioritaskan penggunaan tanaman dan bahan-bahan daur ulang seperti batu hingga logam. Menjamin Kualitas Lingkungan dalam Ruangan Sudah tentu kalau bangunan hijau akan mengurangi limbah yang dihasilkan selama proses pembangunannya. Tak hanya itu, arsitektur hijau juga berusaha untuk menjaga kualitas lingkungan di dalam ruangan. Perancangan hunian atau bangunan publik dengan konsep ini akan melibatkan desain interior yang nyaman dengan sistem ventilasi yang baik. Salah satu contohnya bisa ditemukan di Grand Wisata Bekasi, yang menyajikan rumah full furnished dengan desain interior apik dan ramah lingkungan. 9 Ciri Bangunan Hijau yang Wajib Diketahui Foto When On Earth Nah, jika sebelumnya kita membahas prinsip-prinsip dari konsep arsitektur hijau, sekarang saatnya melihat beberapa karakteristik dari bangunan berkelanjutan Bangunan hijau tidak dibangun di atas lokasi seperti pinggiran hutan atau kawasan yang mudah longsor atau banjir. Terintegrasi dengan angkutan umum demi mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Melindungi dan memelihara habitat alami, mengurangi polusi dan penggunaan sumber daya alam, serta memfasilitasi interaksi dengan alam. Penggunaan air yang efisien. Mengurangi konsumsi energi dan lebih mengutamakan energi terbarukan. Memakai sistem daur ulang, menggunakan bahan yang berkelanjutan, dan menghemat sumber daya sebanyak mungkin selama konstruksi. Meningkatkan kualitas ruang bagi penghuni bangunan, seperti menjaga kebersihan udara, kontrol panas, hingga mengurangi polusi suara. Bangunan berkelanjutan biasa mengadopsi desain yang inovatif selama konstruksinya. Meningkatkan kualitas lingkungan sekaligus kesehatan masyarakat yang ada di sekitarnya. Cara Mudah Menerapkan Konsep Hijau ke Dalam Hunian Foto Unsplash Seperti diketahui, bangunan hijau atau berkelanjutan adalah bangunan yang dapat mempertahankan, atau bahkan meningkatkan kualitas lingkungan di sekitarnya. Beberapa contohnya dapat ditemukan di Indonesia, misalnya Sampoerna Strategic Square dan Gedung DUSASPUN. Sejujurnya, kamu juga dapat menerapkan konsep satu ini ke dalam hunian. Beberapa caranya adalah Gunakan material alami seperti batu bata, kayu dan bambu. Alih-alih memakai material plastik, manfaatkakan material daur ulang dalam ornamen dan furniture rumah. Tambah bukaan jendela untuk memaksimalkan udara dan pencahayaan alami. Perbanyakan vegetasi hijau di rumah. Bisa dengan menaruh tanaman dalam rumah atau membuat urban farming dan taman vertikal. Kurangi penggunaan kaca karena efek rumah kaca memiliki dampak negatif bagi kelestarian alam. Pertimbangkan memakai panel surya sebagai sumber energi cadangan. Setiap orang dapat memperoleh manfaat dari pengurangan konsumsi energi dan peningkatan ruang yang diciptakan oleh arsitektur hijau. Temukan juga beragam pilihan hunian sehat dan ramah lingkungan hanya di Rumah123, seperti perumahan hijau, rumah asri, dan rumah halaman luas. Semoga bermanfaat!

konsep ruang pada hunian arsitektur